SEKALI LAGI, CIUMLAH KAKI IBU

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintangan untuk anakmu
Ibu sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah.....

ANDA pasti tahu kelanjutan syair lagu di atas, atau setidaknya pernah mendengar lagu tersebut. Iwan Fals dengan begitu puitis namun gamblang menggambarkan beratnya kehidupan yang harus dijalani seorang ibu demi mendidik dan membesarkan buah hatinya, kita.

Mari hadirkan kembali wajah ibu dalam bayangan kita, dengan seizin Allah genangan air mata akan membanjiri kelopak mata yang mungkin sudah sekian lama kita biarkan tidak menyapanya. Kerut di pipinya mengisyaratkan kelelahan yang sangat, tenaga yang mulai habis dimakan waktu seolah tak lagi sanggup sekedar mengangkat tubuh rapuhnya. Di bola matanya tampak jelas guratan berat kehidupan yang telah dilaluinya. Semua itu, dilakukannya hanya untuk kita yang dicintainya.

"Cinta anak sepanjang gala (leher), cinta ibu sepanjang masa." Pepatah yang biasa kita dengar untuk melukiskan betapa kita, anak-anak ibu, tidak akan pernah sanggup membayar (berapa pun dan dengan apa pun) cinta yang pernah diberikannya. Uwaish AL-Qorni, sahabat Rasulullah, rasa ingin membalas cinta sang ibu rela ingin menggendong ibunya pulang pergi ibadah haji. Bahkan sahabat lain, dilarang pergi berperang bersama Rasulullah, lantaran tidak ada yang mengurus ibunya yang sudah renta. "Rawat dan layani ibumu," perintah Rasulullah kepada pemudaitu.

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun...," (QS. Luqman [31]: 14). Bahkan dalam ayat lain, begitu tegas Allah menekankan dan mengingatkan kesusahan ibu saat mengandung serta memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada ibu. "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan...," (QS. AL-Ahqaf [46]: 15).

Ketika Nabi SAW ditanya tentang siapa yang paling patut dihormati dan diperlakukan sebaik-baiknya, Nabi menjawab, "Ibumu." Hal itu diulang beliau sampai tiga kali, sebelum beliau menyebut "bapakmu". Dalam hadis lain yang masyhur, Nabi SAW berkata bahwa surga terletak di bawah telapak kaki kaum ibu.

Dalam perjalanan bersama ibu, perlakuan kasar kerap kita layangkan kepadanya. "Uf", "ah", "cis" menjadi kosa kata yang biasa terlontar dari mulut kotor. Tak pernah kita menghargai keringatnya kala mentiapkan sarapan dan makam malam. Andai kita tahu, air matanya tak pernah kering di pertengahan malam, kala ia mengadu kepada Allah perihal anak-anaknya. Bibirnya tak pernah berhenti berdo'a agar kita menjadi anak yang bisa dibanggakan. Tak perduli darah menjadi penghias kakinya demi mengantarkan sang buah hati menggapai cita.

Sekarang imbalan apa yang diterima ibu dari anak-anak yang mungkin kini sudah memiliki anak? Tidak jarang kesibukan kerja dan keluarga membuat kita melupakannya. Bahkan mungkin rasa cinta kepada istri dan anak-anak mengikis habis cinta kepada ibu. Tak ada sedikit waktu kita luangkan sekadar untuk tahu keadaannya, meski telepon genggam tak lepas dari tangan.

Sekarang kita semakin sombong seolah tidak membutuhkannya. Terlebih saat senang dan berkecukupan. Tak sadar kita, ia begitu ikhlas atas setiap tetes air susu dan keringatnya.

Begitu banyak masalah hidup yang kita hadapi. Terkadang kita mengeluh, putus asa, tidak tahan dengan berbagai cobaan yang menerpa. tak sadar semua yang kita alami saat ini sesungguhnya pernah dialami ibu dan ia berhasil.

Kita terlalu lemah, cengen, dan cepat merasa kalah dalam mengarungi bahtera hidup. Padahal sering kita memandang sebelah mata "kekuatan" ibu yang sudah renta. Tak sadar kita, garis wajahnya jelas-jelas memancarkan kekuatan teramat dahsyat.

Ia hanya ingin melihat anak-anaknya bahagia meski ia tidak sebahagia yang kita bayangkan. Tak sadar sesungguhnya kita butuh sekali kepadanya, memandangi keteduhan wajahnya, membelai tangan keriputnya, mencium kakinya, dan meminta do'anya.

Ingin kudekap dan menangis di pangkuanmu.....
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu...
Lalu do'-do'a baluri sekujur tubuhku..
Denagn apa membalas, Ibu..



No comments: