1. Dia harus orang yang beragama Islam,
karena dalam kitab suci ummat Islam dijelaskan jika menjadikan pemimpin orang
yang bukan islam maka akan mengundang siksaan Tuhan mereka. Meskipun di daerah
itu umat Islamnya sedikit, maka yang baik menjadi pemimpin adalah orang Islam,
karena Islam itu rahmat bagi seluruh alam. Bukan hanya untuk manusianya tapi
juga untuk makhluk hidup yang lain.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi
WALI (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin
mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (QS: An Nisa’ [4]: 144)
2. Dia harus
beradab dan juga adil, karena adil saja tidak cukup jika tidak memiliki
adab. Kedua sikap tersebut saling melengkapi. Ketika seorang pemimpin mengambil
keputusan walaupun itu adil namun ketika menyampaikan keputusan itu dengan
disertai tingkah laku atau tutur kata yang tidak beradab maka akan terasa tidak
berarti keadilan yang diterima oleh rakyatnya. Akan lebih baik lagi ketika
sikap beradab itu lebih dahulu diberikan sebagai contoh sebelum memberi
keputusan yang adil.
3. Dia dapat
menyatukan hati rakyatnya, mulai dari Sabang hingga Merauke. Yang menjadi
penekanan pada poin ini adalah menyatukan hati, bukan hanya sekedar menyatukan
fisik rakyatnya. Seorang pemimpin dapat menyatukan keberagaman rakyatnya tanpa
menyinggung apalagi menyakiti sebagian rakyat yang lain. Jika hanya untuk
menyatukan fisik masih bisa di lakukan dengan mudah namun tidak memiliki
kekuatan. Namun jika dapat menyatukan hati rakyatnya dari berbagai macam sudut
pandang, dari berbagai macam perbedaan. Maka kekuatan itu akan menjadikan
daerah itu jaya dan tahan dari gangguan baik dari dalam maupun dari luar.
4. Dia
bijaksana melalui musyawarah. Segala keputusan yang dia buat bukan berasal
dari hasrat pribadi maupun kelompok namun memang murni dari hasil diskusi dan
musyawarah agar mendapatkan hasil yang bijak bagi kebaikan rakyatnya. Meskipun
dia sangat bijaksana tapi tidak bisa musyawarah dan menghargai pendapat orang
lain, maka kebijaksanaan yang diberikan akan tidak berarti apa-apa bagi
sebagian yang lain bahkan sampai tidak berharga. Memang tidak mudah, namun jika
kita mau dan saling mendukung dalam kebaikan maka bisa saja terjadi dengan
bantuan Tuhan.
5. Dia berjiwa
sosial dengan seluruh rakyatnya. Mampu merangkul semua kalangan dan
tingkatan. Tidak hanya bersosialisasi dengan lingkungannya namun juga bisa
dengan seluruh lingkungan yang ada. Baik itu lingkungan besar maupun kecil.
Bukan juga semata-mata hanya mencari muka dengan rakyatnya dan sekedar mengenal
lingkungan dan rakyatnya, tapi dituntut untuk bersama-sama membangun hubungan
yang berkelanjutan bagi rakyatnya. Sehingga walaupun dia tidak sanggup lagi
untuk menjadi pemimpin masih ada hubungan baik yang terjalin antar lingkungan
dan rakyatnya.
No comments:
Post a Comment