Kecerdasan/ intelegensi siswa


Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi dari seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak, karena  menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses dalam belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang tua, guru,dan sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ menjadi bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut (Fudyartanto 2002):
Tingkat Kecerdasan (IQ)
Klasifikasi
140-169
amat superior
120-139
superior
110-119
rata-rata tingi
90-109
rata-rata
80-89
rata-rata rendah
70-79
batas lemah mental
20-69
lemah mental
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
-  Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan perilaku seseorang.
Keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai motivasi belajar. Dari sumbernya motivasi dibedakan menjadi: motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua factor yang berasal dari dalam individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain:
  1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
  2. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan kegiatan untuk maju.
  3. Adanya keinginan untuk mancapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting. Misalnya: orang tua, saudara, guru, teman, dan sebagainya.
  4. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Motivasi ekstrinsik adalah anak memulai dan meneruskan kegiatan belajar berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaian dengan kegiatan belajar itu sendiri. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
  1. Balajar demi memenuhi kewajiban.
  2. Menghindari hukuman.
  3. Memperoleh hadiah material yang telah dijanjikan oleh orang tua.
  4. Meningkatkan gengsi dari orang lain.
  5. Memperoleh pujian dari orang lain.
  6. Tuntutan jabatan yang diinginkan.
Bentuk motivasi belajar intrinsik dapat ditingkatkan menjadi motivasi berprestasi, yaitu daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin, demi penghargaan kepada diri sendiri. Jadi hasrat berprestasi tinggi bukan menurut ukuran dan pandangan sendiri.
-  Minat
Secara sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi karena disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan dengan cara.
Membuat menarik materi
Materi bisa dibuat menarik melalui bentuk buku materi, desain pembelajaran, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, dan guru juga harus memperhatikan performansi saat mengajar.
Pemilihan jurusan atau bidang sekolah
Pemilihan sebaiknya diserahkan pada siswa, sesuai dengan minatnya.
-  Sikap
Dalam proses belajar sikap dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Shay,2003).
Sikap siswa dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi  siswanya, berusaha mengembang kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi siswa.
-  Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum bakat didefisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaian dengan belajar, Slavin(1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakuakan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Selain itu yang menjadi faktor psikologis lainnya adalah disiplin. Disiplin diri adalah kemampuan diri yang kuat untuk mempertahankan diri dari bermacam-macam gangguan dalam belajar. Misal, seorang anak akan tetap belajar walaupun ada acara televisi yang menarik.
5.      Mengajar merupakan sebuah seni dan ilmu karena untuk menjadi seorang guru/dosen dibutuhkan keahlian khusus, ia membutuhkan beberapa keterampilan dan persiapan dalam bentuk pendidikan bermutu, guru/dosen harus menguasi ilmu pengetahuan dimana mereka akan menjadi perantaranya sehingga siswa/mahasiswa tidak hanya mempelajari pengetahuan mentah, tapi juga belajar bagaimana menerapkan dan menghubungkan pengetahuan itu dalam kehidupannya. Selain itu mengajar memerlukan hati, semangat dan rasa cinta terhadap bahan yang diajarkan serta murid yang dididiknya, dan juga kecintaan serta semangat yang terus menerus pada bidang pendidikan, yang berarti juga tekad untuk belajar sepanjang hayat dan ada keinginan untuk membuat siswa/mahasiswa belajar dengan senang dan mencapai keberhasilan, karena pendidikan yang berhasil adalah apabila para murid mendapatkan ilmu pengetahuan dan bisa mengembangkan pengetahuan melebihi gurunya/dosennya.
Kemudian bahwa mengajar itu adalah seni dan ilmu karena tidak ada proses mengajar tanpa belajar (Freire dalam Pedagogy of Freedom, Ethics, Democracy, and Civic Courage) menurutnya ada 7 (tujuh) prinsip yang mendasarinya masing-masing adalah:
  1. Mengajar bukanlah sekedar proses mengalihkan pengetahuan melainkan proses untuk menciptakan kemungkinan-kemungkinan bagi produksi dan konstruksi pengetahuan (baru). Karenanya,
  2. Mengajar bukan hanya menyediakan muatannya tapi juga mengajak pelajar berfikir dengan tepat, yaitu suatu kemampuan untuk tidak terlalu merasa yakin akan kepastian atau kesangsian yang niscaya. Karenanya pula,
  3. Pengajaran tidak akan pernah mengembangkan sebuah prespektif yang benar-benar kritis kalau hanya menuruti kehendak hapalan mekanis atau pengulangan irama ritmis dari partitur dan ide-ide dengan mengorbankan tantangan kreatif.
  4. Meski guru/dosen dan siswa/mahasiswa tidaklah sama, yang pertama dibentuk atau dibentuk ulang oleh proses mengajar, dan pada saat bersamaan pelajar membentuk dirinya sendiri pula.
  5. Untuk itu pengajar perlu memperkenalkan pelajar pada apa yang disebut sebagai keketatan metodologis, yaitu sesuatu yang dapat membuat pengetahuan umum menjadi sesuatu yang bermakna, demi munculnya pengetahuan yang otentik dan keingintahuan yang terus-menerus yang tumbuh dari kesangisan-kesangsian yang niscaya tadi. Sebab itu,
  6. Tidak ada pengajaran tanpa penelitian dan penelitian tanpa pengajaran, karena saat proses mengajar berlangsung, pada saat yang sama si pengajar mencari sesuatu, karena ia memang selalu harus bertanya, sebagai konsekwensi dari penyerahan diri pada keniscayaan kesangsian.
  7. Proses pengajaran harus menghormati apa yang diketahui murid karena praksis mengajar tidak bisa menghindar dari tuntutan pelajar akan pengakuan atas kemampuannya, keingintahuannya, dan otonomi pelajar itu sendiri. Selain itu harus juga menghargai pengetahuan rakyat, yaitu pengetahuan sosial yang dibangun dalam praksis kehidupan masyarakat sehari-hari.

mengacu pada kemampuan guru professional yang harus dimiliki seorang guru, yaitu:
1. Persiapan terhadap situasi umum
2. Persiapan terhadap anak didik
3. Persiapan RPP
Guru yang baik adalah guru yang mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebelum ia mengajar. RPP ini berfungsi sebagai skenario proses pembelajaran agar lebih mempermudah, dan menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih terarah pada tujuan pembelajaran. Di dalam RPP harus ada standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan LKS (Jika perlu). Dalam pembuatan RPP tersebut tidak bisa sembarangan, semuanya harus tersusun dengan rapi dan harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sehingga diharapkan pembejaran akan berjalan dengan lancar, lebih efektif dan efesien, serta siswa mampu menangkap semua yang telah dipelajarinya.
4. Persiapan dalam pemilihan metode mengajar
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan memanfaatkan metode secara akurat guru akan mampu mencapai tujuan instruksional.
Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi kepada siswa.
Dalam pemilihan metode mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu anak didik, tujuan, situasi, fasilitas dan guru. Karena itu, guru harus kreatif dalam pemilihan metode yang tepat dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Misalnya, untuk materi Usaha dan Energi, metode yang cocok digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Jadi, setelah guru selesai menjelaskan tentang materi tersebut, maka diharapkan siswa bisa berperan aktif dengan menanyakan hal-hal yang masih belum jelas. Dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa, guru bisa membagi mereka dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan hal-hal yang tadi siswa-siswa itu tanyakan. Di diskusi kelompok ini, guru juga bisa memberikan siswa permasalahan yang tentunya berkaitan dengan tujuan pembelajaran.
5. Persiapan terhadap bahan yang akan disajikan
Sebagai pengajar, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya. Karena itu sebenarnya guru sendiri adalah seorang pelajar yang belajar secara terus-menerus. Guru adalah tempat menimba ilmu bagi para siswanya. Sebagai pengajar ia harus membantu perkembangan anak didiknya untuk memahami, dan menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar pada berbagai kesempatan. Kemampuan ini tidak hanya berdasarkan teori-teori yang diperoleh dari bangku pendidikan, melainkan harus dihayatinya dan disikapi sebagai suatu seni. Seperti kita ketahui guru SD tidak saja harus menguasi salah satu bidang studi pelajaran, melainkan seluruh mata pelajaran. Karena itu belajar secara terus menerus untuk mendalami bahan pengajaran tak dapat dielakkan.
6. Persiapan terhadap tujuan yang ingin dicapai
Perumusan tujuan pembelajaran pada umumnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak (motor).
Merumuskan tujuan pembelajaran bukan sekedar membuat suatu tujuan. Tetapi harus dirumuskan berdasarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu, tujuan pembelajaran dijabarkan dari kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum. Tujuan pembelajaran ini sudah termasuk dalam tujuan di RPP.
7. Persiapan terhadap media pembantu (media pembelajaran)
Media atau sumber belajar merupakan sarana untuk membantu proses belajar siswa. Pendidikan yang berkualitas menuntut dukungan pemilihan sumber belajar serta alat bantu yang memadai berupa buku yang memungkinkan siswa memperoleh bahan yang luas untuk mempermudah dalam penerimaan pelajaran. Sarana dan sumber belajar yang memadai akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk menunjang efektivitas dan kreativitas belajar siswa. Dalam proses belajar mengajar media sangat dibutuhkan karena bila dalam kegiatan pengajaran, ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu yang dapat disajikan sebagai penyalur pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut kehendak hati guru tetapi harus memperhatikan dan menyesuaikan antara media yang digunakan dengan tujuan pembelajaran.
Dalam menggunakan media pengajaran guru hendaknya memperhatikan syarat umum di bawah ini:
1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
3. Media pengajaran harus sesuai dengan kondisi individu siswa, dan lain sebagainya.
8. Persiapan dalam teknik-teknik evaluasi mengajar
Evaluasi ini berguna untuk mengukur kedalaman pengetahuan siswa dalam pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Evaluasi ini bisa berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan atau tertulis. Setelah proses evaluasi selesai, guru harus melakukan proses penilaian. Penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Penilaian bertujuan untuk memberikan umpan balik bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar maupun bagi siswa sendiri dan orang tua siswa, penilaian bermanfaat untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Demikiknan pula dalam satu babakan belajar mengajar guru hendaknya menjadi penilai yang baik. Kesalahan atau kelemahan dalam penyusunan alat-alat penilaian, misalnya tes hasil belajar, dapat memberikan dampak yang negatif terhadap proses belajar mengajar. Misalnya, penggunaan tes objektif yang terus menerus mengakibatkan anak kurang berungguh-sungguh dalam belajar. Penilaian ini di sekolah hendaknya dilakukan secara objektif, kontinu serta mempergunakan berbagai jenis yang bervariasi.
9. Persiapan proses pengajaran
Peningkatan kualitas pendidikan erat kaitannya dengan penentuan langkah-langkah pembelajaran sesuai kurikulum serta proses belajar yang akan dilaksanakan. Hal tersebut meliputi pengelolaan Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan, mengembangkan program pendidikan dan pengajaran dalam bentuk penetapan kurikulum serta proses kegiatan belajar, proses pembelajaran yang memperhatikan unsur keterampilan, pengadaan dan pengembangan tenaga pengajar, pendidikan dan pengarahan kepada peserta didik di bidang keterampilan, pengadaan dan penataan sarana serta fasilitas pendidikan, proses sistem penilaian program dari unsur keterampilan siswa.


Pengertian Moral Kelas
Menurut DR. Made Pidarta moral kelas adalah suatu keadaan dimana anggota-anggota kelas mengalami kepuasan yang bersumber dari situasi sekolah secara keseluruhan dan keadaan dimana anggota-anggota kelas bekerjasama dengan antusias dan serta melahirkan perasaan bersahabat.
Pendapat diatas menggambarkan bahwa tinggi rendahnya moral kelas dapat dilihat dari kepuasan yang dialami murid-murid yang disebabkan situasi dan kondisi secara keseluruhan. Dengan demikian situasi dan kondisi sekolah yang baik akan meningkatkan moral kelas dan demikian pula sebaliknya, situasi dan kondisi sekolah yang kurang baik akan menurunkan moral kelas. Selain dari pada itu tinggi rendahnya moral kelas dapat pula dilihat dari pada tidakadnya kerjasama serta perasaan bersahabat antara murid-murid dalam kelas. Tidak adanya kerjasama serta perasaan bersahabat dikalangan murid-murid dalam kelas dapat dilihat tidak adanya kesediaan saling bantu membantu antara murid dalam kegiatan belajar. Murid-murid yang satu selalu berusaha untuk menjatuhkan murid yang lain. Dengan kata lain tidak adanya persaingan yang sehat diantara murid-murid, tidak adanya perasaan kebersamaan dalam belajar.
Sehubungan dengan itu tentang moral, Alexander Leighten mengatakan “Morale is the capacity of group of people to pull together persistently and consistently in persuit of a common purpose”.
Moral diartikan sebagai suatu kemampuan atau kekuatan sekelompok orang untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dengan demikian tinggi rendahnya moral dapat ditunjukkan dari kerjasama yang dilakukan oleh anggota-angota kelompok dalam melaksanakan tugasnya masing-masing dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama.
Bertolak dari pendapat diatas, maka moral kelas dapat diartikan sebagai suatu keadaan di dalam kelas yang menggambarkan adanya hubungan interpersonal yang harmonis dikalangan murid-murid yang ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala berupa adanya kesediaan untuk saling membantu atau bekerjasama, loyalitas diantara murid-murid serta semangat kebersamaan dalam usaha belajar didalam maupun diluar kelas atau sekolah.
Dengan demikian keberhasilan murid-murid didalam belajar sangat dipengaruhi oleh moral kelas. Semakin tinggi moral kelas, maka semakin tinggi kecendrungan murid-murid untuk berhasil didalam belajar dan demikian pula sebaliknya, semakin rendah moral kelas, maka semakin rendah pula kecendrungan bagi murid-murid untuk berhasil belajar.
Berdasarkan asumsi diatas maka dituntut usaha guru/wali kelas untuk membangun, memelihara dan meningkatkan moral kelas.
2. Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Moral Kerlas
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa keberhasilan murid-murid dalam belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh moral kelas. Oleh karena itu untuk membangun, memelihara dan meningkatkan moral belajar murid-murid, maka seorang guru/wali kelas harus mengetahui dan memahami kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi moral kelas. Kondisi-kondisi tersebut perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan sehingga dengan demikian akan meningkatkan moral belajar murid-murid dalam kelas. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kesatuan kelas
Kesatuan kelas adalah merupakan salah satu aspek yang dapat meningkatkan moral kelas. Oleh karena itu seorang guru/wali kelas harus menjaga, memelihara dan meningkatkan perasaan kebersamaan dikalangan murid-murid tersebut. Adanya perasaan saling bermusuhan, saling tidak menyenangi diantara murid-murid akan menurunkan moral belajar kelas.
Perasaan kurang bersahabat diantara murid-murid dapat terjadi bilamana guru dalam mengajar menggunakan metode yang menekankan kompetisi/persaingan diantara murid-murid. Ini akan menimbulkan kondisi negatif, dimana diantara murid-murid timbul perasaan kurang bersahabat dan mementingkan diri sendiri dalam belajar. Sehingga merusak rasa kebanggaan terhadap kelas. Masing-masing murid belajar hanya untuk keberhasilannya sendiri. Murid yang pandai enggan membantu murid yang kurang. Murid yang cukup fasilitas belajarnya tidak akan menolong murid yang kurang fasilitas belajarnya karena takut tersaingi.
b.Interaksi kelompok
Interaksi murid-murid didalam belajar juga dapat mempengaruhi moral belajar. Tidak adanya kerjasama antara murid-murid dalam belajar biasanya disebabkan karena murid-murid yang satu tidak menyenangi murid-murid yang lain. Akibatnya menurunkan aktivitas belajar murid-murid. Sebagai contoh misalnya seorang guru/wali kelas membantu kelompok-kelompok semaunya saja tanpa pertimbangan-pertimbangan tertentu guna kelancaran murid-murid, interaksi yang kurang baik dan kerjasama yang kurang sempurna diantara murid-murid. Selain itu juga murid-murid kurang puas terhadap tindakan guru yang demikian, sehingga tugas-tugas yang dibagikan tidak dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
c. Tujuan anggota yang bersifat biasa
Bilamana murid-murid belajar, hanya bertujuan untuk kepentingan sendiri, ini akan mengakibatkan menurunnya moral kelas. Karena situasi yang demikian menimbulkan kurangnya rasa kebersamaan dikalangan murid-murid, rasa saling membantu sehingga dengan demikian kelas akan menjadi kurang efektif dan produktif. Oleh karena itu guru/wali kelas harus mengatasi situasi yang demikian dengan cara membentuk kelompok-kelompok belajar sehingga rasa persahabatan dan kebersamaan serta kesetiakawanan dikalangan murid-murid dapat dipupuk dan dipelihara dalam rangka untuk mencapai keberhasilan bersama dikalangan murid dalam belajar.
d.Kelompok tidak membuat tujuan sendiri-sendiri
Seseorang mau bekerja, apabila mengetahui menfaat dan tujuannya. Demikian pula halnya dengan murid-murid. Bilamana murid-murid dalam belajar dikelompok-kelompokkan, maka tujuan dan tugas masing-masing kelompok harus dijelaskan dalam hubungannya dengan tujuan pendidikan. Sehingga dengan demikian anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih produktif dalam menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain murid-murid akan bekerja dengan baik selalu, bila hal itu berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka.
e. Pengaruh lingkungan
Lingkungan sekolah atau kelas yang baik akan mempengaruhi moral kelas atau belajar murid-murid. Lingkungan yang baik tersebut berupa situasi dan kondisi sekolah misalnya lengkapnya sarana dan prasarana belajar, tenaga guru maupun tenaga administratif. Sedangkan lingkungan sekolah yang kurang baik akan menurunkan moral belajar murid-murid.
BStrategi Guru /Wali Kelas Untuk Meningkatkan Moral Belajar Kelas
Berdasarkan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi moral kelas sebagaimana yang diuraikan diatas, maka cara-cara yang dapat dilakukan oleh guru/wali kelas meningkatkan moral belajar murid-murid dikelas antara lain sebagai berikut:
1. Pembinaan Hubungan Manusiawi (Human Relations) di Kelas
Pembinaan hubungan manusiawi dalam kelas antara guru dengan murid sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan moral kelas dalam belajar. Dengan pembinaan hubungan yang manusiawi ini akan tumbuh sikap saling pengertian dan saling menghargai antara murid dan murid dan antara guru dan murid, sehingga masing-masing pihak akan dapat melaksanakan fungsinya masing-masing dalam proses belajar mengajar.
Dengan terjalinnya sikap saling pengertian akan tanggung jawab dan fungsi masing-masing ini akan meningkatkan moral belajar murid-murid dan disamping itu pula guru akan merasa puas pula dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dengan demikian akan meningkatkan prestasi belajar murid-murid.
Menurut SP. Siagian yang dimaksud dengan Human Relations adalah keseluruhan hubungan baik yang formil maupun yang informil yang perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa sehingga terciptanya suatu team work yang intim dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Dari pendapat diatas jelas bahwa yang terkandung dalam pengertian Human Relations adalah:
a. Human Relations dalam suatu organisasi adalah merupakan kegiatan pembinaan hubungan antara personal-personal dalam kegiatan organisasi tersebut baik secara formal maupun informal.
b.Pembinaan hubungan tersebut dimaksudkan untuk membina saling pengertian antara personal-personal dalam suatu organisasi, rasa solidaritas dan tangung jawab bersama sehingga dengan demikian diharapkan akan tercipta kerjasama yang baik dalam melaksanakan tugas masing-masing didalam suatu organisasi, dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut.
Berkenaan dengan kelas sebagai suatu organisasi yang merupakan sub-sistem daripada organisasi sekolah maka human relations tersebut dapat diartikan sebagai segenap kegiatan yang dilakukan oleh guru/wali kelas dalam membina hubungan yang harmonis dengan murid-murid secara formal maupun informal dengan maksud agar masing-masing pihak dapat melaksanakan fungsi masing-masing dalam kegiatan proses belajar mengajar didalam kelas.
Berdasarkan pengertian diatas, maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan lancar apabila hubungan manusiawi antara guru dengan maupun murid dengan murid terbina dengan baik. Tanpa adanya hubungan manusiawi diantara mereka proses belajar mengajar tidak akan dapat berlangsung sesuai dengan harapan masing-masing. Sebagai contoh apabila misalnya murid-murid tidak menyenangi guru-gurunya, maka hasil belajar murid-murid akan menurun karena murid enggan belajar disebabkan tidak senang kepada gurunya. Demikian pula sebaliknya apabila guru tidak senang kepada muridnya karena sikap murid-murid yang tidak menghargai gurunya, sehinga guru tersebut enggan untuk mengajar karena sikap murid-murid tersebut.
2. Mengkoordinasikan, Mengintegrasikan dan Mensinkronisasikan Tujuan Masing-Masing Murid dalam Belajar
Murid-murid yang aktif belajar hanya untuk kepentingannya sendiri dalam arti tidak mau belajar bersama-sama dengan temannya karena merasa dirinya pandai atau enggan belajar bersama-sama, maka hal ini perlu diiliminir oleh guru/wali kelas sebab hal ini akan menimbulkan hubungan interpersonal  yang kurang baik dikalangan murid-murid dalam kelas. Oleh karena itu guru/wali kelas harus memperbaiki kondisi seperti ini dengan jalan mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mensinkronisasikan tujuan masing-masing murid tersebut kedalam tujuan kelompok. Usaha ini dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada murid-murid bahwa keberhasilan mereka dalam belajar akan lebih baik dicapai dengan belajar bersama jika dibandingkan belajar sendiri-sendiri. Guru harus mengusahakan untuk membentuk suatu kelompok belajar dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi murid-murid, sehingga kelompok tersebut benar-benar efektif dan produktif. Dengan demikian murid-murid akan belajar dengan saling bantu membantu untuk keberhasilan bersama. Selain dari pada itu juga akan terbina sikap saling harga menghargai dikalangan murid-murid terhadap teman-temannya.
3.Melengkapi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Untuk lebih mendorong minat dan semangat murid-murid untuk giat belajar, maka sarana dan prasarana pendidikan perlu dilengkapi. Misalnya saja ruang perpustakaan, ruang laboratorium,ruang multi media dan lain-lain. Hal ini sangat penting sekali artinya untuk memotivasikan murid-murid untuk lebih giat belajar, berinisiatif dan kreatif. Sebab apa yang mereka inginkan dalam kaitannya untuk kepentingan belajar dapat mereka pelajari dan penuhi. Sebagai contoh misalnya untuk memperjelas pemahaman mereka tentang materi/bahan pelajaran yang akan dijelaskan oleh guru, mereka dapat mencari dan membaca buku-buku yang ada diperpustakaan yang berhubungan dengan apa yang disampaikan atau dijelaskan oleh guru tersebut.
Demikianlah antara lain beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru/wali kelas dalam rangka untuk meningkatkan moral belajar murid-murid di dalam kelas.
·  PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian, persipan mengajar adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-pembelajaran. Membuat rencana mengajar merupakan tugas guru yang paling utama. Guru dapat mengembangkan rencana pengajaran dalam berbagai bentuk (Lembar Kerja Siswa, Lembar Tugas Siswa, Lembar Informasi, dan lain-lain), sesuai dengan strategi pembelajaran dan penilaian yang akan digunakan. Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosa kebutuhan para siswa sebagai subjek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan.
·  Pengembangan persiapan mengajar harus memperhatikan minat dan perhatian peserta didik terhdap materi yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini peran guru bukan hanya sebagai transformator, tetapi harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan gairah belajar, serta mendorong siswa untuk belajar dengan menggunakan berbagai variasi media, dan sumber belajar yang sesuai serta menunjang pembentukan kompetensi. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menembangkan persiapan mengajar, yaitu: 1. Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas. 2. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. 3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. 4. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas penyampaiannya. 5. Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana prgram sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim atau moving class.

No comments: